Laman

Jumat, 25 Februari 2011

Keluarga Pa Haji Yang Sakinah

Pa Haji, saya memanggilnya demikian, selain karena berpakaiian gamis dan memakai topi haji, pun karena Ibu dijok depan saya memanggil dengan sebutan Aa haji, ibu tersebut ternyata adalah istri beliau. Dan yang duduk dibelakang kemudi nampaknya seseorang yang merupakan saudara beliau, itu yang dapat saya tangkap, dari keakraban pa haji dengan supirnya tersebut. Isteri Pa haji, sebut saja ibu hajjah, duduk bersebelahan dengan kedua anaknya, si Aa dan sidede, si Aa merupakan putra beliau yang tertua, kuliah ditempat yang sama dengan adenya,sama-sama kuliah di UIN SYAHID, cuma beda Fakultas saja, Si aa difakultas tarbiyah, sidede di Psikologi.saya dan teman se fakultas sidede duduk di jok paling belakang. jadi kami semobil bertujuh.

Kami melakukan perjalanan dengan mobil daihatsu espass, dari UIN Syahid tangerang, dengan tujuan kekampung saya, Rungkang Brebes, kami memulai perjalanan sekitar jam 2 an dini hari. Saya berada dengan beliau- beliau ini, juga karena suatu hal, yang kalau diingat, membuat kami semua sedih, yakni dalam rangka mengantarkan jenazah salah seorang keluarga saya, sebut saja Alm FWP (semoga ALLAH SWT, mengampuni dosa-dosanya, menerangi kuburnya dengan cahaya-NYA) yang merupakan salah satu teman se fakultas dengan si dede.

Saya pribadi sangat terkesan sekali dengan keluarga ini. Dalam benak ku terfikir, alangkah mulianya keluarga pa haji ini, yang mau bersusah payah mengantar sampai kerumah duka di Rungkang Brebes, padahal bukan siapa- siapanya saya, maupun keluarga jenazah. Satu-satunya alasan yang bisa dimaklumi, mungkin karena putrinya itu adalah teman satu Fakultas dengan Almarhum. Bisa jadi.

Disepanjang perjalanan, tak henti-hentinya pa Haji dan isterinya ini bershalawat, kadang memutar kaset pengajian, kadang memutar kaset murotal, dan yang saya perhatikan belum sekalipun terlontar ucapan dengan nada mengeluh dalam perjalanan yang nampak tidak ada untuk kepentingan mereka tersebut.mereka melakukannya dengan ikhlas, niatnya untuk berta'jiyah. SubhanAlloh.

“Pa haji, sebelumnya saya ingin mengucapkan banyak terima kasih, atas kebaikan pa haji sekeluarga ikut mengantar jenazah saudara saya, dan diperkenankannya saya ikut dalam mobil pa haji”,di suatu kesempatan saya berbicara dengan pa haji.

“kami turut berbela sungkawa, dan ini sudah menjadi kebiasan saya dan keluarga, sesama saudara semuslim, memang harus demikian, apa lagi Almarhum adalah teman seFakultas putri saya”, beliau menjawab dengan santai, dan diiyakan oleh isteri dan kedua anaknya tersebut. Membuat saya semakin takjub dengan keluarga ini.

Memasuki daerah Eretan, indramayu, sekitar jam 5 an pagi, pa haji berkata sambil bercanda kepada keluarganya.” Aa, dede,... abah punya pacar disekitar eretan ini, rumahnya dekat pinggir jalan, mau apa tidak kalau kita mampir dulu? Sebentar saja.... mau ya?.”,tanya pa haji kepada kedua anaknya. “ wah... wah..., abah ternyata punya selingkuhan, boleh tuh, bah, pengen lihat”, tukas si aa, anaknya yang tertua. Percakapan tersebut tak ayal , membuatku terkejut, kebetulan memang saya tidak bisa tidur kalau diperjalanan apa lagi dalam suasana duka. Yang membuat saya heran ternyata bu Hajjah hanya senyum-senyum, saja. Keterkejutan saya tampaknya direspon oleh Bu hajah, “begini mas,” bu hajah coba menjelaskan.”Aa haji itu, emang suka bercanda, yang dimaksud pacarnya ialah nenek-nenek yang sudah renta, yang sudah tidak punya suami dan tinggal digubuk bersama anaknya, kalau Aa haji melintas ke Pantura, pasti Aa haji, sempatkan berkunjung kerumahnya, untuk sekedar ngasih ke nenek itu,” penjelasan bu hajah, membuat bergetar hati saya.

Setelah beberapa saat, setelah percakapan tersebut, pa haji meminta supirnya untuk menghentikan mobilnya.”ini rumahnya, abah turun sebentar, ya....,”. Kemudian beliau meminta uang pada istrinya, yang tujuannya adalah untuk diberikan kepada nenek yang beliau sebut sebagai pacarnya itu. Bu hajjah mengeluarkan beberapa lembar uang ratusan ribu kemudian memasukannya ke amplop kecil.
“nenek apa kabarnya? nek, ini ada uang sekedarnya untuk nenek,” pa haji memberikan uang yang telah teramplopi itu. Beliau meneruskan,” nek, kami mohon maaf tidak bisa berlama-lama disini, kami masih ada keperluan lagi, do'ain kami ya nek, biar lancar dalam perjalanan”, saya tidak bisa menahan haru yang kian menggebu, air mata tak terasa meleleh. SubhanAlloh.....,keluarga yang luar biasa,.. ( Ya, ALLAH,... anugerahi keluarga pa haji ini dengan keberkahan dari-MU, demikian juga keluarga saya, dan semua keluarga muslim yang lain. Amiiiin). Semoga true story ini jadi inspirasi bagi keluarga kita semua.amiiin.

Oleh : Swanto elbarbazy

Tidak ada komentar:

Posting Komentar